ANALISD.com - Elang merupakan jenis burung yang mudah dikenali. Tubuh besar dan sayap lebar membentang ketika terbang, adalah ciri khasnya.

Elang kerap dijadikan sebagai simbol kekuatan dan kecepatan. Lambang Negara Indonesia, yakni burung garuda disebut sebagai representasi elang Jawa.

Elang sangat familiar dan cukup dekat dalam kultur masyarakat Indonesia. Kepopulerannya  membuat banyak orang ingin memelihara. Padahal, tindakan ini keliru dan menjadi ancaman bagi populasi elang di masa mendatang.

“Memang memelihara burung di masyarakat kita sudah menjadi budaya, tapi kita harus berusaha menyebarkan informasi bahwa elang tidak untuk dipelihara,” kata Ari Noviono dari Perkumpulan Pengamat Burung Indonesia [PPBI], dalam Bincang Alam Mongabay Indonesia, Kamis [31/8/2023].

Menurutnya, elang itu rumahnya di langit dan bisa terbang kemana saja. Tanpa manusia, elang bisa hidup. Kalau ditangkap lalu dipelihara dan hidupnya hanya di sekitar rumah,  kemudian selalu diberi makan, meski kelihatannya tidak sengsara, tapi itu sungguh miris.

“Hal ini justru telah menghilangkan jati diri sang elang dan membuatnya tidak punya insting sebagai predator.”

Elang jawa di kandang edukasi Pusat Konservasi Elang Kamojang [PKEK], Kabupaten Garut, Jabar. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

Pembicara lain, Jihad, Senior Biodiversity Officer Burung Indonesia, menjelaskan bahwa saat ini terdapat 75 spesies elang yang semuanya dilindungi dan tersebar merata di semua tempat di Indonesia.

Meski demikian, keberadaan elang semakin terancam. Salah satu ancaman terbesar adalah hilangnya habitat akibat berbagai macam peruntukkan. Namun, ancaman yang juga nyata adalah masih maraknya perburuan elang yang kemudian diperjualbelikan di marketplace.

Menurut Jihad, kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena perdagangan tersebut kebanyakan mengambil elang dari alam. Sementara elang itu, rata-rata perkembangbiakannya, beberapa jenis hanya bisa bertelur dua butir. Biasanya, hanya satu telur. Anakan elang ini yang kemudian diburu, diambil, dan menjadi penyebab jenis-jenis elang semakin jarang ditemui.

“Sebagai gambaran, dari beberapa literatur, Jakarta itu dulu masih banyak elang berseliweran. Namun kayaknya elang sudah habis. Paling yang tersisa di Kepulauan Seribu dan sekitar Gunung Salak, Bogor. Di beberapa daerah juga, biasanya mereka (pemburu) mengambil anakan, dipelihara dan dilatih,” ungkap Jihad.

 

Burung elang bondol bertengger di ranting kayu kering. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

Terancam punah

Jihad menambahkan, elang memiliki peran penting dalam ekosistem, yakni sebagai predator puncak. Artinya, mereka berperan dalam jasa lingkungan terutama mengatur siklus ekologi atau rantai makanan.

Misalnya, elang ada yang makan burung kecil, ada yang makan ular, bahkan elang juga memakan anak monyet. Kalau di alam sudah tidak ada elang, maka peran mereka sebagai pemangsa yang berada di rantai makanan itu tidak akan berjalan.

Seperti yang sudah ditulis sebelumnya oleh Mongabay, merujuk data Sibley and Monroe [1990], diperkirakan ada 311 jenis raptor di dunia. Dari 90 jenis yang ada di Asia, 75 jenis hidup di Indonesia.

Jumlah ini menegaskan bahwa Indonesia kaya keragaman spesies raptor. Sebarannya adalah  Sumatera [36 spesies], Jawa [28 spesies], Kalimantan [29 spesies], Sulawesi [30 spesies], Papua [25 spesies], Kepulauan Nusa Tenggara [24 spesies], dan Maluku [18 spesies].

Dari 28 jenis raptor di Jawa itu terdiri 16 species resident, 6 raptor migran, serta sub-species resident dan migran. Dua jenis endemik Jawa yaitu Javan Hawk-Eagle dan Bawean Serpent-Eagle

 

Sepatutnya hidup burung elang itu di hutan, bukan dalam sangkar, sebagaimana fungsinya sebagai pemangsa puncak. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Dilansir dari Birdlife International, elang jawa [Nisaetus bartelsi] berstatus Genting [Endangered/EN] karena habitatnya yang tergerus.

Sebuah penelitian tentang elang jawa di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tahun 2022, menjelaskan bahwa aktivitas manusia mampu menurunkan populasi raptor ini seperti terjadinya kematian. Selain itu, dapat membuat tingkat kematangan tertunda hingga menyebabkan reproduksi yang rendah.

“Sebagai jenis predator yang berada di puncak rantai makanan dalam ekologi, dengan terjadinya penurunan populasi elang jawa maka akan berdampak pada terganggunya proses ekosistem penting, yaitu sebagai pengendali hama,” tulis peneliti.

#Konservasi

Index

Berita Lainnya

Index