ANALISD.com, Riau - Hampir sebulan kabut asap melanda Sumatera Barat karena kebakaran hutan dan lahan. Pada Rabu siang, 18 Oktober lalu, kabut asap di langit Kota Padang makin ditutupi pekat. Kualitas udara di ibukota Sumatera Barat (Sumbar), sudah masuk kategori tidak sehat.

Pada 18 Oktober, ISPU di Kota Padang mencapai 105. Menurut kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), angka ini berarti mutu udara di Padang merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan. Menurut standar KLHK nilai ISPU yang baik itu berada pada level 1-50.

Pada tanggal itu, Pemerintah Kota Padang, mengeluarkan surat edaran agar warga menggunakan masker saat keluar rumah.

“Karena makin tebal kabut asap, warga diimbau wajib mengenakan masker. Gunakan minimal masker bedah, atau sebaiknya masker N95/KN95 atau KF94 untuk mengantisipasi ISPA,” kata Hendri Septa, Wali Kota Padang, melalui siaran pers, 18 Oktober lalu.

Pemerintah Kota Padang mengklaim kabut asap yang melanda Padang kiriman daerah tetangga.

Hendri mengimbau,  kepada kelompok rentan menunda aktivitas di luar rumah, seperti bayi, anak-anak, lansia, maupun mereka yang rentan terhadap penyakit hidung dan tenggorokan.

“Segera lakukan pemeriksaan ke layanan kesehatan jika terjadi gangguan pernafasan atau iritasi mata,” kata Hendri.

Wali Kota juga mengingatkan,  masyarakat untuk tidak melakukan bakar sampah.

Sugeng Nugroho,  Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global atau Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang, mengatakan, fenomena kabut asap yang menyelimuti mayoritas Sumatera Barat karena kiriman partikel halus dari jauh atau dari provinsi lain.

Sugeng menyebut, partikel halus tidak dari wilayah Sumbar karena titik api di Sumbar terdeteksi minim. Namun dia tidak menapik karhutla juga terjadi di beberapa daerah di Sumbar.

Dari pantauan titik panas (hotspot) yang diperoleh dari NASA’s Earth Science Data Systems (ESDS), rentang Januari sampai September 2023, ditemukan 1.108 titik api di Sumatera Barat. Sebagian besar berada di Pesisir Selatan, Dharmasraya dan Kabupaten.50 Kota.

 

Hampir sebulan kabut asap melanda Sumatera barat, kebakaran hutan dan lahan dianggap sebagai pemicu belum membaiknya udara di wilayah ini. Pada Rabu siang, kondisi langit Kota Padang semakin ditutupi kabut asap. Jarak pandang semakin pendek. Foto diambil dari salah satu gedung hotel di kota Padang. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Dari Pantauan Walhi Sumbar beberapa minggu ini, setidaknya ada beberapa kabupaten yang mengalami kebakaran hutan antara lain Nagari Tanjuang Balit, Kabupaten 50 Kota, beberapa titik di Dharmasraya dan Pesisir Selatan. Ia merupakan langganan kebakaran hutan yaitu Lunang dan Tapan pada gambut hutan produksi.

Tommy Adam, Kepala Divisi Advokasi Lingkungan Hidup Walhi Sumbar mengatakan,  karhutla di Sumbar tiap tahun di daerah sama, seperti gambut yang juga merupakan hutan produksi di Kecamatan Lunang Basa Balai IV Tapan.

Ramadhaniati,  Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) Sumatera Barat, menyayangkan tidak ada keseriusan pemerintah daerah menyelesaikan persoalan kabut asap dari tahun ke tahun.

Lembaga swadaya masyarakat yang berfokus terhadap isu pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan  ini prihatin dengan kabut asap di Sumatera Barat, terutama Padang.

Kabut asap, katanya,  bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit pernapasan. Untuk itu, penting untuk mengatasi masalah ini dengan serius.

Untuk mengatasi masalah kabut asap, katanya, ada beberapa tindakan bisa diambil Pemerintah Kota Padang. Pertama, pemantauan dan informasi publik. Pemerintah Padang,  harus meningkatkan pemantauan kualitas udara terus-menerus dan menyediakan informasi akurat dan terkini kepada masyarakat.

Informasi ini, katanya,  dapat membantu masyarakat mengambil tindakan pencegahan yang tepat. Tindakan penutupan sekolah atau tempat kerja dapat diambil kalau polusi udara mencapai ambang batas berbahaya.

 

Kualitas udara di kota Padang masuk kategori tidak sehat. Rabu siang, (18/10/2023) kondisi langit Kota Padang semakin ditutupi kabut asap. Jarak pandang semakin pendek. Foto diambil dari salah satu gedung hotel di kota Padang. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Kedua, pembagian masker dan edukasi. Pemerintah Padang, katanya, sudah mendistribusikan masker ke sekolah-sekolah. “Bagaimana anak-anak miskin yang tak bersekolah atau putus sekolah?”

Pembagian masker juga harus dilakukan  massal kepada masyarakat, terutama kelompok rentan. Selain itu, katanya, penting mengedukasi cara melindungi diri dari dampak kabut asap.

Ketiga, pemberian bantuan kesehatan. Misal, menyediakan fasilitas kesehatan dan bantuan medis bagi masyarakat terdampak kabut asap, terutama bagi kelompok rentan.

Keempat, koordinasi dengan instansi terkait. Pemerintah Kota Padang, katanya, perlu berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup, Badan Penanggulangan Bencana, dan lembaga penelitian ilmiah untuk mengembangkan strategi penanggulangan dan pemantauan lebih efektif.

Kelima, pengendalian sumber asap. Bekerja sama dengan instansi terkait, pemerintah kota perlu mengambil langkah untuk mengendalikan sumber asap. Hal ini bisa melalui penegakan hukum, sosialisasi tentang bahaya membakar lahan, dan kerja sama lintas sektoral untuk mengatasi akar masalah ini.

Keenam, penghijauan. Untuk jangka panjang, katanya, bisa mengurangi risiko karhutla dan meningkatkan kualitas udara.

“Kolaborasi dengan LSM lingkungan, komunitas pencinta lingkungan, perguruan tinggi, dan media. Termasuk sektor swasta dan organisasi penyandang disabilitas.”

 

Polisi tengah mendinginkan lahan gambut bekas terbakar. Foto BPBD Riau

 

Riau mulai masuki musim hujan

Setelah kebakaran hutan dan lahan dengan kabut asap, Riau mulai masuk musim penghujan dalam sepekan ini. Berdasarkan prakiraan cuaca 19 Oktober lalu, secara bertahap, pagi hingga malam, sebagian besar wilayah Riau berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Peringatan potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang terjadi di sebagian Kampar, Kuantan Singingi, Bengkalis, Kepulauan Meranti dan Rokan Hulu, mulai sore atau malam hari.

Meski begitu, laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, di Riau masih terdeteksi titik panas, walau sedikit antara lain satu titik di Indragiri Hilir dan tiga titik lain di Indragiri Hulu.

Didik Suprijono,  Kasi Wilayah II Balai PPI Sumatera, mengatakan, tim Manggala Agni masih memadamkan areal terbakar di Desa Sungai Raya, Kecamatan Rengat dan Desa Paya Rumbai, Kecamatan Seberida, Indragiri Hulu.

“Mereka juga masih patroli terpadu dan patroli mandiri di daerah rawan karhutla,” katanya.

 

Sekolah sempat diliburkan

Sebelum turun hujan kabut asap cukup tebal di Riau. Hingga pada minggu pertama Oktober, Kamsol, Kepala Dinas Pendidikan Riau, mengeluarkan edaran penyesuaian proses belajar mengajar pada masa kabut asap. Pertimbangannya,  berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di beberapa daerah terpantau tidak sehat.

Satu dari tujuh isi surat itu, memerintahkan Kepala Satuan Pendidikan SMA/SMK/SLB negeri maupun swasta, mengalihkan proses belajar mengajar dari rumah dengan metode dalam jaringan terhitung mulai 9 Oktober.

Novianti, orangtua dari siswi Verryani Verderik Essa Faustin, membenarkan. Minggu malam, 8 Oktober 2023, anaknya terima pemberitahuan di grup WhatsApp sekolah dari bagian kesiswaan SMAN 5 Tapung, bahwa mulai Senin, belajar mengajar diliburkan sampai ada pengumuman lanjutan.

Aldela, Kepala SMAN 5 Tapung, mengatakan, menyesuaikan dengan kondisi udara. Kalau kualitas cuaca membaik, siswa kembali belajar di sekolah.

SMAN 5 Tapung terletak di Desa Karya Indah, Kabupaten Kampar, persis berbatasan dengan Pekanbaru. Lebih satu minggu, tiap pagi, wilayah ini diselimuti asap. Sebab di Karya Indah, masih terdapat beberapa titik kebakaran lahan.

Bintara Pembina (Babinsa) Desa Karya Indah, Erizal, mengatakan, 9 Oktober lalu, kebakaran lahan di Jalan Riau Baru RT06/RW05 Dusun Kandis Baru dua hari. Di Jalan Perdagangan RT10/RW01 Dusun 2 Sei Pantau sudah lima hari belum padam.

Dari video dan foto yang dibagikan Erizal pada Mongabay, api dan asap tampak mengepul pada semak belukar dan tanaman sawit. Selain Babinsa, Bhabinkamtibas dan masyarakat peduli api masih berjibaku dalam pemadaman di tengah terik panas dan angin kencang.

Terhitung, selama Oktober 2023, luas karhutla di Desa Karya Indah diperkirakan lebih kurang 10 hektar. “Ini Oktober saja,” katanya lewat aplikasi perpesanan, 9 Oktober lalu.

 

Masyarakat Peduli Api turut membantu penanganan karhutla agar tidak menyebar luas. Foto: BPBD Riau

 

Beda di Kabupaten Bengkalis. Kepala Sekolah SMAN 9 Mandau, Dondian Putra, mengatakan, meski kabut asap tidak begitu tebal dan tak mengganggu aktivitas, proses belajar mengajar tetap berjalan normal.

Meski sudah membaca surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Riau, keputusan itu diambil setelah komunikasi dengan kepala cabang dinas setempat dan disepakati dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).

“Cuman, aktivitas di luar ruangan yang dihindari. Anak-anak (siswa) harus pakai masker kalau keluar,” kata Dondian Putra.

Pada 9 Oktober 2023 itu, hujan sempat mengguyur Pekanbaru namun tidak berlangsung lama. Koordinator Data dan Informasi BMKG Pekanbaru, Marzuki, menyebut hujan cukup merata di seluruh kota, termasuk di beberapa wilayah Riau. Curah hujan bervariasi, ringan hingga sedang. Hanya di Kuantan Singingi terpantau lebat.

Sementara itu, berdasarkan laporan bulanan data rutin Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dinas Kesehatan Riau, September 2023, kasus masih didominasi pada penyakit bukan pneumonia. Ini banyak terjadi pada kelompok umur 9-60 tahun.

Bulan lalu, data ISPA di Riau, mencapai 20.904 kasus. Paling banyak di Kabupaten Siak 5.754 kasus. Jumlah ini meningkat dibanding Agustus, dengan 4.893 kasus. Bedanya, bulan lalu, kasus banyak terjadi pada kelompok umur 9-60 tahun, sedangkan Agustus paling tinggi bayi lima tahun.

Agrina Melia, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Riau, mengatakan,  masih ada enam kabupaten yang tidak melaporkan kasus,  yakni, Kuantan Singingi, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Rokan Hulu, Bengkalis dan Kepulauan Meranti.

Luas karhutla di Riau pun bertambah. Berdasarkan laporan harian rekapitulasi luas lahan terbakar BPBD Riau, 9 Oktober lalu, karhutla sudah 2.195,40 hektar.

Pada 10 Oktober, BPBD Riau bersama tim Satgas karhutla masih berjibaku memadamkan api dan mendinginkan areal bekas terbakar di Indragiri Hulu dan Pelalawan. Lokasi ini sudah terbakar sejak beberapa minggu lalu.

BPBD Riau menerbangkan helikopter untuk bantu pemadaman lewat udara di Pelalawan, berbatasan dengan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Kawasan lindung ini, juga turut terbakar.

Pada 9 Oktober,  hujan juga turun, tetapi asap masih mengepul ke atas dari dalam gambut.

#Hutan

Index

Berita Lainnya

Index