ANALISD.com, Kalsel - Alue Dohong, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) ikut pemadaman kebakaran lahan di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, 2 Oktober lalu.  Usai kegiatan, kesehatan Alue Dohong menurun hingga harus mendapat perawatan di Rumah Sakit Syifa Medika, Banjarbaru, pada 3 Oktober.

Melalui akun Instagram @alue_dohong menjelaskan, harus ke rumah sakit karena kepala pening, panas demam, hingga batuk.

“Dokter menyarankan saya perlu istirahat, dijaga kondisi paru-parunya. Mungkin kebanyakan menghirup debu gambut kali,” tulis pria berusia 57 tahun itu.

Evi Febriana, Kasubbag Humas Rumah Sakit Syifa Medika, membenarkan perawatan terhadap Alue Dohong.

Kondisi udara di Kalsel kian memburuk. Langit tampak kelabu dalam beberapa waktu terakhir, diselimuti kabut asap tebal dampak karhutla.

Tak hanya Wamen Alue Dohong, warga Kalsel pun keluhkan ISPA. Alin Markani, perempuan asal Banjar, Kalimantan Selatan ini berfoto di tengah kabut asap yang keluar dari lahan bekas terbakar di Jalan Ahmad Yani Kilometer 17, Kelurahan Landasan Ulin Barat, Kota Banjarbaru, akhir September lalu.

Foto itu lantas dia unggah di akun Instagram sebagai ungkapan kesedihan dan kritik kepada pemerintah atas lambannya penanganan bencana karhutla di Kalsel dalam beberapa bulan terakhir.

Karhutla yang menimbulkan asap polusi sudah berdampak pada Alin dan keluarganya pertengahan September lalu. Dia dan anak laki-lakinya yang berusia 2, 4 tahun batuk hingga mimisan, diduga menghirup udara tak sehat.

Jangan sampai karena pemerintah lamban, katanya, makin banyak masyarakat terimbas.

“Percepat upaya penanganan, tambah petugas lapangan. Jangan cuma bisa naruh spanduk imbauan dan bagi-bagi masker,” katanya.

Seorang perempuan berpose dan berfoto di tengah kabut asap yang muncul dari lahan terbakar di Banjarbaru. Foto: Alin Markani.

Alin meminta, pemerintah daerah segera menaikkan status kebencanaan dari siaga darurat menjadi tanggap darurat agar kerja-kerja pengendalian bencana bisa lebih optimal.

Dari laman SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), indikasi luas karhutla Kalsel hingga Oktober sudah 24.588,89 hektar.

Arif Rahman, Prakirawan BMKG di Kalsel mengatakan, dari hasil monitoring konsentrasi pencemaran untuk partikulat matter 2,5 (PM 2,5), kualitas udara di Bumi Lambung Mangkurat pada September 2023, sempat beberapa kali >250,4 µgram/m,³ atau berbahaya, ditunjukkan dengan indikator warna hitam.

Kemudian, kualitas udara sempat di kategori sangat tidak sehat dengan konsentrasi pencemaran 150.5-250.4 µgram/m³ atau indikator warna merah, dalam 10 hari.

Kategori kualitas udara tidak sehat dengan konsentrasi pencemaran 55,5-150,4 µgram/ m³ atau indikator warna kuning terjadi dalam 27 hari.

Memasuki Oktober, kualitas udara di Kalsel dalam kondisi sedang atau warna biru, namun terdapat jam-jam tertentu mencapai kategori tidak sehat hingga sangat tidak sehat.

Kualitas udara ini, katanya, terjadi temporal. Konsentrasi partikulat biasa cukup tinggi pada dini hari hingga pagi hari, lantaran ada peran dari pola diurnal atmosfer.

Menaiki sepeda, seorang anak di Banjarbaru pergi ke sekolah sembari menutup mulut dan hidungnya dengan tangan supaya tak terhirup asap. Foto: Riyad Dafhi Rizki/Mongabay Indonesia.

Sekolah online
Kualitas udara buruk di Kalsel, berdampak terhadap melonjaknya tren kasus ISPA. Berdasar data Dinkes Kalsel pada 2 Oktober, terkena ISPA di 13 kabupaten/kota di provinsi itu berjumlah 5.713 kasus.

Paling tinggi di Kota Banjarbaru 846 kasus, Banjarmasin (826), dan Barito Kuala (776).
Kondisi ini membuat Disdik Kota Banjarmasin mengambil kebijakan belajar-mengajar secara daring sejak 4 Oktober sampai 7 Oktober.

“Memang sudah ada keluhan kepada pimpinan supaya anak-anak belajar daring saja,” ucap Nuryadi, Kepala Disdik Kota Banjarmasin, 3 Oktober.

Dua hari berselang giliran Disdikbud Kalsel yang memberlakukan peraturan pembelajaran jarak jauh bagi sekolah yang terdampak kabut asap. Kebijakan ini untuk sekolah SMA/SMK di kabupaten/kota. Ia mulai berlaku 5 Oktober, namun hanya sehari, langsung ditarik lantaran kualitas udara dinilai mulai membaik.

Mengenakan masker, seorang ibu berjalan di tengah kabut asap yang melanda kawasan Belitung Darat, Banjarmasin, akhir September lalu. Foto: Riyad Dafhi Rizki/Mongabay Indonesia.

Usaha pemerintah
Untuk meminimalisir polusi udara, Pemerintah Kalsel lantas membagikan ribuan masker gratis kepada masyarakat di Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, dan Barito Kuala.

“Atas arahan Gubernur Kalsel, secara serentak di 50 titik lokasi berbeda membagikan masker gratis untuk masyarakat,” kata Berkatullah, Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Kalsel, 6 Oktober lalu.

Sisi lain, upaya pemadaman lahan terbakar terus dilakukan. Saban hari, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, pemadam kebakaran swasta, Manggala Agni, TNI-Polri konstan bekerja.

Selain melalui darat, upaya pemadaman juga lewat udara dengan helikopter water boombing.

Pemprov Kalsel juga dibantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memodifikasi cuaca, membuat hujan buatan.

“Teknologi modifikasi cuaca telah dilaksanakan dua tahap,” katanya.

Tahap pertama, 6 ton garam sudah disemai di langit Kalsel sejak 23-28 September lalu. Terfokus di ring 1 Bandara Syamsudin Noor.

“Berhasil membuat hujan turun dengan intensitas ringan. Meski tidak langsung menghabiskan lahan terbakar, minimal mendinginkan,” katanya.

Tahap kedua 5-8 September di sejumlah daerah di Kalsel, yakni Banjarbaru, Banjar, Tapin, dan Tanah Bumbu.

“Sekali penerbangan, satu ton garam dilepaskan. Hingga hari ini sudah ada 4 ton yang disemai.”

Hasilnya, berdasar radar citra satelit Pusdalops BPBD Kalsel, kata Ariansyah, upaya itu mampu membuat hujan dengan intensitas ringan.

“Hujan ringan terjadi di Balangan, Tabalong, dan Hulu Sungai Utara. Sebagian di Tapin, dan Barito Kuala. Sebagian lagi di Banjarbaru.”

BMKG memprediksi kemarau di Kalsel akan berakhir sekitar awal November, dengan peralihan ke musim hujan mulai di wilayah utara Kalsel, meliputi Tabalong, sebagian Balangan dan Hulu Sungai Utara.

Petugas kepolisian mengarahkan arus lalu lintas di dekat lahan terbakar di wilayah Banjarbaru. Foto: Riyad Dafhi Rizki/Mongabay Indonesia.

Selanjutnya secara perlahan musim hujan mencapai seluruh Kalsel pada akhir November.

Akbar Rahman, akademisi lingkungan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengatakan, Pemprov Kalsel sudah seharusnya menaikkan status dari siaga menjadi tanggap darurat.

Dia menilai, asap karhutla tahun ini lebih parah daripada 2015. Selama tiga tahun terakhir pun, luas karhutla di Kalsel paling banyak pada 2023.

“Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menaikkan status kebencanaan,” kata Doktor lulusan Saga Universty, Jepang ini, 7 Oktober lalu.

Akbar heran, sampai sekarang Kalsel masih gigih mempertahankan status siaga sedang daerah lain di Kalimantan dengan kondisi tak separah Kalsel status sudah lebih dulu tanggap darurat.

Peningkatan status siaga karhutla menjadi tanggap darurat sempat diminta Alue Dohong.  “Ini aneh, kenapa Kalsel tidak berani menaikkan status. Ini jadi pertanyaan besar, kok bisa?”

Dengan naik status ke tanggap darurat, bakal mempermudah langkah Pemerintah Kalsel. “Anggaran juga akan jelas. Itu bisa dilakukan, dan bakal membantu penanganan.”

Selain itu, kata Akbar, penanganan karhutla di Kalsel lamban dan terkesan masing-masing atau tak terkoordinir dengan baik.

“Lamban, belum optimal, gerakan juga parsial atau tidak terorganisir, serta belum menggerakkan semua sumber daya. Ini harus jadi evaluasi bagi pemerintah ke depan. Bukan hanya memadamkan api, juga menjaga agar tidak terbakar lagi.”

Polisi tengah mendinginkan lahan gambut bekas terbakar. Foto BPBD Riau

Polusi udara karhutla di Riau

Kualitas udara di Kalsel buruk, begitu juga di Riau, Sumatera. Seperti di Pekanbaru, asap karhutla kategori tak sehat sejak 26 September hingga kini.

Pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru pada alat pengukur kualitas udara, konsentrasi partikulat PM 2,5 berada diangka 80-120 µgram/m3, mulai dini hari sampai pukul 10.00, awal Oktober 2023.

“Sejak dini hari, kami mendeteksi ada campuran uap air dan kabut asap hingga kepekatan agak bertambah,” kata Marzuki, Koordinator Data dan Informasi BMKG Pekanbaru, saat dihubungi, 1 Oktober.

Asap pun sudah berdampak pada kesehatan warga. Agrina Melia, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Riau, mengatakan, kasus ISPA per Agustus mencapai 29.632 orang baik pneumonia dan batuk bukan.

Pneumonia, penyakit infeksi menyerang paru-paru, menyebabkan kantung udara dalam paru meradang dan  membengkak. Kasus di Riau, banyak menyerang anak bawah lima tahun. ISPA karena batuk bukan pneumonia banyak terjadi pada usia 9-60 tahun.

ISPA terbanyak terjadi di Kampar dengan 5.064 kasus untuk semua kelompok umur.

Data Agrina belum akumulasi kasus sepanjang tahun ini. Juga masih terdapat beberapa kabupaten belum melaporkan, misal, Kepulauan Meranti, Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi. Begitu juga, pada September, beberapa kabupaten belum melaporkan ISPA di wilayah masing-masing.

“Tapi, kami belum bisa kaitkan kasus ISPA karena kabut asap karhutla, saat ini. Lagi pula belum ada surat peringatan siaga yang berhubungan dengan asap karhutla,” kata Agrina.

Sementara kabut asap juga memperpendek jarak pandang. Marzuki, melaporkan jarak pandang, awal bulan ini, hanya 100 meter pada pukul 6.00.

Pengendara sepeda motor di tengah kabut asap, Ahad 1 Oktober 2023, perbatasan Pekanbaru-Kampar, tepatnya Desa Karya Indah, Tapung. Foto Suryadi/ Mongabay Indonesia

Radityo Ari Purwoko,  Executive General Manager Bandara Internasional SSK II Pekanbaru, dalam keterangan tertulis bilang, kabut asap juga mempengaruhi operasional penerbangan dan kenyamanan penumpang yang berencana melakukan perjalanan dari dan ke Bandara SSK II Pekanbaru.

Menurut Marzuki, ada kemungkinan kabut asap juga akibat karhutla dari sebelah selatan masuk ke Riau, seperti dari Jambi dan Sumatera Selatan.

Seminggu terakhir, hampir seluruh wilayah Riau, minim curah hujan hingga memperparah meluasnya karhutla dan kepekatan asap. Hujan beberapa titik pun tidak terlalu luas.

Meski ada sedikit hujan lebat, tetapi bersifat lokal dan tidak terlalu luas. Misal, Pekanbaru bagian utara terpantau hujan. Sementara sekian kilometer dari titik itu justru sama sekali tidak hujan. “Jadi hanya hujan spot kecil sebagian wilayah,” kata Marzuki.

Sebetulnya, saat ini, sebagian wilayah Riau memasuki awal musim hujan, terutama sebelah utara: Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai dan Rokan Hulu. Termasuk bagian tengah: Siak, Pelalawan dan Pekanbaru.

Marzuki, mengimbau tetap waspada. “Jangan membakar hutan dan lahan, termasuk pembakaran kecil, seperti sampah. Itu akan menambah volume kualitas udara yang kurang baik.”

Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, sejak Januari hingga September, karhutla terjadi di semua kabupaten dan kota. Bengkalis paling luas, sekitar 393,29 hektar. Diikuti Indragiri Hulu (308,84), Rokan Hilir (236), Indragiri Hilir (215,35) dan Pelalawan 210,73 hektar.

Selanjutnya, Kampar (185,59), Dumai (115,67), Rokan Hulu (50,60), Siak (46,56), Pekanbaru (43,45), Kepulauan Meranti (39,05) serta paling sedikit di Kuantan Singingi 18,50 hektar. Total luas karhutla di Riau 1.863,63 hektar.

M Edy Afrizal, Kepala BPBD Riau, mengatakan,  titik kebakaran tidak begitu banyak. Pada 1 Oktober 2023, ada pemadaman di Kecamatan Tanah Putih, Rokan Hilir serta satu titik di Kuantan Singingi.

Sehari sebelumnya, sempat terjadi kebakaran di Pelalawan dan Indragiri Hulu dan berhasil dipadamkan.

Soal asap menyelimuti Pekanbaru, beberapa hari terakhir, dia perkirakan berasal dari Jambi dan Sumatera Selatan. Di sana, masih banyak titik panas maupun sebaran kebakaran. Meski masih ada kebakaran di Rokan Hilir, asap dianggap tak sampai ke Pekanbaru. Kecuali ke arah Sumatera Utara.

“Kita (Riau) pernah ada titik panas dan api banyak, tapi tak sampai kabut asap di Pekanbaru. Kita ada terbakar tapi tidak terlalu signifikan asapnya,” kata Edy.

Didik Suprijono,  Kepala Seksi Wilayah II Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Wilayah Sumatera, senada dengan Edy Afrizal. Saat ini, titik kebakaran di Riau cenderung berkurang. Beberapa hari belakangan, tim pemadaman bersama tinggal menangani dua titik.

Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kampar, kondisi api sudah dapat dikendalikan. Sementara di Desa Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan, masih dalam upaya lokalisir pergerakan api.

Di Teluk Meranti, terdapat beberapa titik kebakaran yang tengah ditangani para pihak: Manggala Agni, TNI, Polri dan Masyarakat Peduli Api. Beberapa diantaranya masih dalam tahap pemadaman. Sebagian baru pendinginan karena masih terdapat uap panas dari dalam gambut.

Berdasarkan informasi dari laman Sipongi KLHK diakses 2 Oktober 2023, luasan karhutla di Riau 2.923,77 hektar. Lebih dari separuh luasan kebakaran, tahun lalu, yakni 4.915 hektar.

Provinsi yang sebelahan dengan Riau, tercatat juga alami kebakaran hutan dan lahan cukup luas. Sumatera Selatan 4.082,82 hektar, Sumatera Utara 2.103, 41 hektar dan Sumatera Barat 1.192,43 hektar dan Jambi 159,41 hektar.

#Hutan

Index

Berita Lainnya

Index