ANALISD.com - Siapa yang tidak kesal, gegara tidak ada sinyal jadi gagal berkirim kabar lewat ponsel. Tapi bagi lebah madu, tidak ada sinyal ponsel justru menjadi kabar baik. Kajian terbaru oleh para peneliti kembali mengungkap dampak buruk sinyal ponsel terhadap kesehatan lebah madu.

Kali ini para peneliti mengamati dampak paparan medan elektromagnetik ponsel yang bekerja pada kisaran frekuensi 900 MHz atas ratusan lebah madu yang berumur satu hari. Sejumlah lebah madu itu diberi paparan selama kurun waktu tertentu lalu dilihat perubahan biokimianya.

“Studi kami menunjukkan bahwa paparan medan elektromagnetik 900 MHz menginduksi respon pada lebah madu yang dapat dideteksi pada tingkat aktivitas enzim dan ekspresi gen terkait stres,” tulis laporan penelitian yang diterbitkan jurnal Plos One, Mei 2023.

Kajian dari peneliti Polandia itu menguatkan bukti dampak buruk medan elektromagnetik bagi lebah madu sampai ke tingkat fisiologis. Respon terhadap paparan serupa dengan dampak ketika terpapar radiasi UVB atau sinar ultraviolet B yang bisa menyebabkan kerusakan DNA, rasa terbakar, dan gangguan penglihatan.

 

Lebah madu yang memiliki kecerdasan seperti manusia yaitu mengerti matematika. Sumber: Wikimedia Commons/Keila, Northwestern Estonia/CC BY-SA 4.0/Free to share

 

Penelitian lainnya mengungkap gangguan medan elektromagnetik atas jasa penyerbukan yang dilakukan lebah madu. Mereka mengamati tanaman yang tumbuh di sekitar menara listrik tegangan tinggi dan telpon seluler. Ternyata tanaman yang tumbuh di sekitar menara lebih sedikit dikunjungi lebah madu dibanding yang jauh dari menara.

Peneliti dari Chile dan Argentina itu juga mengamati sampai ke tingkat ekspresi gen. Hasilnya konsisten dengan penelitian sebelumnya, bahwa medan elektromagnetik memberi efek negatif kepada lebah madu.

“Kami telah menunjukkan kehadiran medan elektromagnetik secara signifikan mengganggu layanan penyerbukan lebah madu terhadap tanaman mengikuti mekanisme molekuler yang diduga terkait perilaku dan stres fisiologis,” tulis laporan yang dimuat dalam jurnal Science Advances, Mei 2023.

Para peneliti menghitung jumlah tanaman yang berbunga di sekitar menara aktif dan yang tidak aktif. Ternyata tanaman yang berada di sekitar menara yang aktif berbunga lebih sedikit. Para peneliti juga mengukur kuat medan elektromagnetik di sekitar beberapa menara dari berbagai jarak.

Mereka lalu mengumpulkan beberapa spesimen lebah madu di sekitar menara dan mengukur kadar protein yang disebut HsP70. Protein yang diambil dari lebah ini berhubungan dengan tingkat stres pada lebah. Hasilnya, kadar protein HsP70 lebih tinggi ditemukan pada lebah yang bekerja paling dekat dengan menara listrik.

 

Lebah madu dalam sarang di peternakan lebah madu di Bandung Bee Sanctuary (BBS) di Dago Atas, Kota Bandung, Jabar. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia.

 

Paparan medan elektromagnetik pada lebah madu telah membingungkan satwa ini dalam mencari makan. Antara lain karena berubahnya navigasi magnetis, sehingga memaksa lebah madu mengubah pola penerbangan, keputusan yang harus diambil, yang berujung pada terganggunya aktivitas penyerbukan.

“Hipotesis ini dapat menjelaskan penurunan kunjungan pekerja ke bunga di sekitar area yang dekat dengan menara transmisi listrik aktif, yang menurut kami merupakan sumber utama stres bagi lebah madu.”

Aktivitas mencari makan lebah madu menyebar ke segala arah, namun secara mengagumkan selalu berhasil menemukan jalan pulang ke sarang. Kemampuan itu diyakini berkat kepekaan lebah madu merasakan medan magnet bumi. Sistem magnetoresepsi yang sangat sensitif ini sayangnya juga rentan terhadap gangguan medan elektromagnetik buatan.

Lebah telah lama menjadi obyek penelitian hubungan antara serangga dengan listrik. Dalam sebuah artikel dijelaskan bagaimana serangga bisa menjadi bermuatan listrik statis ketika berjalan, atau ketika bagian tubuh mereka digosok. Kutikula serangga secara umum menunjukkan kecenderungan menjadi bermuatan positif seperti kalau kita menggosokkan balon ke rambut.

Lebah dipercaya menjadi bermuatan listrik lemah ketika terbang di udara, mungkin karena gesekan, atau saat terbang lebah mengambil partikel ion positif dari udara. Yang jelas, karena berukuran kecil, lebah bisa merasakan medan listrik yang lemah.

 

Lebah madu dalam sarang di peternakan lebah madu di Bandung Bee Sanctuary (BBS) di Dago Atas, Kota Bandung, Jawa Barat. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Menurut artikel itu, lebah madu bisa merasakan medan listrik yang lemah melalui antenanya, juga bulu yang ada di tubuhnya. Telah diketahui bahwa lebah memanfaatkan medan magnet atau listrik sebagai penunjuk arah. Terdapat hipotesa bahwa medan listrik lemah yang dihasilkan dari tarian lebah juga merupakan alat komunikasi antarlebah.

Merujuk artikel yang diterbitkan Ohio University, lebah madu bertanggung jawab atas ketersediaan sepertiga pasokan makanan di dunia. Ada lebih dari seribu tanaman yang penyerbukannnya dibantu lebah madu. Mulai dari aneka buah-buahan, kacang-kacangan, dan sayuran.

Penggunaan pestisida, perubahan bentang alam, dan krisis iklim dianggap menjadi penyebab turunnya populasi lebah madu. Peningkatan penggunaan peralatan listrik yang memancarkan medan elektromagnetik turut berkontribusi atas hilangnya lebah madu di sekitar kita.

#Hutan

Index

Berita Lainnya

Index