ANALISD.com, Sumut - Dunia konservasi harimau Sumatera berduka.  Dalam empat hari dua harimau Sumatera tewas dengan kondisi menyedihkan di Sumatera Utara. Satu tewas kena jerat di kebun sawit dan satu lagi mati di Medan Zoo dengan dugaan kelaparan.

Kabar pertama harimau mati asal Barumun Nagari,  Padang Lawas Utara,  Sumatera Utara.  Harimau terjerat seling baja pemburu di perkebunan sawit di Desa Marihat Raja, Kecamatan Pangribuan, Simalungun. Harimau berhasil dievakuasi kemudian dibawa ke Suaka Barumun untuk perawatan intensif lebih lanjut tetapi tak bisa diselamatkan.

Pada 22 Oktober lalu,  harimau ditemukan warga dalam kondisi kaki kiri depan terkena slim baja. Pada 23 Oktober,  tim gabungan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara( BBKSDA Sumut) bersama Anhar Lubis, dokter hewan dari Forum Konservasi Leuser (FKL) dan tim medis lain dibantu masyarakat mengevakuasi harimau.

Fifin Nopiansyah,  Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumut mengatakan, di Barumun, tim medis melakukan berbagai upaya menolong satwa terancam punah ini tetapi hanya mampu bertahan tidak sampai 15 hari,  mati pada 3 November 2023.

Petugas bersama tim medis melakukan nekropsi dengan pengambilan sejumlah bagian tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Setelah itu bangkai langsung dikubur di Barumun Nagari.

Dia bilang, ketika tiba di Barumun Nagari,  harimau mendapatkan perhatian khusus dari tim medis dipimpin dokter hewan Anhar Lubis. Kondisi kaki kiri depan luka cukup parah hingga membusuk.

Mereka belum dapat memastikan penyebab utama kematian hingga perlu menunggu hasil laboratorium dan nekropsi.

“Bangkainya sudah dikuburkan di Barumun,” kata Fifin kepada Mongabay,  8 November lalu.

Menurut dia, lokasi harimau terjerat itu di perkebunan sawit. Untuk hutan konservasi dan hutan lindung cukup jauh dari lokasi. Sebelum memasuki hutan lindung ada hutan produksi yang juga jadi wilayah jelajah harimau.  Dia berharap, penegak hukum mengungkap kasus ini.

 

Harimau terjerat seling baja, berhasil dievakuasi tetapi setelah perawatan beberapa hari, nyawanya tak bisa diselamatkan. Foto: Istimewa

 

Belum selesai keterkejutan atas kematian satu  itu, kabar kematian harimau datang lagi. Kali ini dari Medan Zoo. Satu harimau Sumatera jantan usia sekitar 11 tahun, diberi nama penanda Rahudman pada 6 November lalu mati diduga malnutrisi atau kelaparan.

Kematian harimau di Medan Zoo ini terkonfirmasi kepada Fifin yang juga masih melakukan pengawasan di sana. Pada 7 November lalu dia bilang, kematian harimau ini karena ada penurunan kesehatan. Harimau, katanya,  sakit selama sepekan terakhir.

Tim medis, katanya, sudah perawatan maksimal, namun satwa ini tak mampu bertahan. Rahudman ini anak dari Anhar dan Manis, lahir pada 2012.

Ceritanya, pada 3 November lalu, manajemen Medan Zoo menyampaikan ada satu harimau sakit.  Setelah menerima laporan itu,  BBKSDA Sumut berencana pemeriksaan pada 6 November. Baru persiapan, BBKSDA mendapat informasi dari manajemen Medan Zoo bahwa harimau sudah mati pukul 9.00 pagi. Mereka pun ambil sampel guna pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyebab utama kematian.

“Rahudman satu dari lima harimau yang masih ada di Medan Zoo,” katanya.

 

Evaluasi Medan Zoo

Fifin menyatakan,  BBKSDA Sumut, pada April 2023 sudah mengevaluasi Medan Zoo dan memberikan arahan untuk  perbaikan dalam enam bulan. Pada 3  November 2023, BBKSDA kembali memanggil manajemen Medan Zoo untuk  melaporkan perkembangan evaluasi.

Medan Zoo mengaku, saat ini manajemen  mengalami beberapa kendala dalam operasional hingga hal-hal yang menjadi rekomendasi BBKSDA belum mengalami kemajuan berarti.

Berdasarkan hasil evaluasi, BBKSDA  akan pemeriksaan keseluruhan pada kesehatan satwa berada di Medan Zoo dan memastikan pengelolaan tidak  menyebabkan pelanggaran terhadap kesejahteraan satwa.

Andi Sinaga,  dari Forum Investigator Zoo Indonesia menyatakan, hasil investigasi mereka lakukan selama lebih tiga bulan terakhir ditemukan fakta lima harimau Sumatera dan tujuh harimau Benggala di Medan Zoo tidak mendapatkan asupan gizi layak dari pengelola yang berada di bawah tanggung jawab PD. Pasar Pemko Medan ini.

Dia merasa aneh karena Medan Zoo milik pemerintah dan ada anggaran cukup besar tetapi pakan satwa seperti harimau tidak diberikan sesuai asupan gizi standar.

 

Harimau Sumatera diberi nama penanda Rahudman pada 6 November 2023 mati di Medan Zoo. Foto:Istimewa

 

Manajemen Medan Zoo, katanya,  mengabaikan kesejahteraan satwa karena lima harimau Sumatera kurus kering. Kalau memperhatikan harimau Sumatera yang mati 6 November itu terlihat cukup miris. Badan kurus kering, katanya, dan harimau sakit kemungkinan besar karena kelaparan atau malnutrisi.

Saat melakukan pertemuan dengan BBKSDA Sumut, manajemen Medan Zoo mengeluhkan anggaran pakan satwa khusus harimau minim.

“Ini pertanyaan besar karena Medan Zoo menjual tiket bagi pengunjung. Ke mana uang penjualan tiket, ke mana anggaran dari Pemerintahan Kota Medan buat Suaka Margasatwa Medan Zoo?”

Untuk ini, katanya,  perlu ada pertanggungjawaban dari manajemen dan audit serta penyidikan dari aparat penegak hukum Balai Gakkum KLHK Sumatera maupun Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sumut juga Bidang Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Sumut.

Andi bilang, manajemen Medan Zoo sudah tak mampu lagi mengelola satwa-satwa di sana terutama harimau. Untuk itu,  mendesak BBKSDA Sumut menarik seluruh harimau di Medan Zoo dan menitipkan ke lembaga konservasi lain yang lebih terjamin.

Berita Lainnya

Index