ANALISD.COM, Pekanbaru -15 Maret 2023, Jikalahari, Brimapala Sungkai Faperta Unri, Mapala Humendala FEB Unri, Mafakumpala UIR, dan Senarai yang tergabung dalam Gerakan Menolak ASap (GeMAS) melakukan aksi damai, dengan menggelar bazar buku, ngopi sore santai, diskusi kecil, dan membentang poster yang berisi dukungan serta penolakan-penolakan adanya kabut asap kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Jalan Sudirman, pintu keluar kawasan Kantor Gubernur Riau. “Aksi ini untuk mengingatkan Pemerintah Provinsi Riau untuk segera menjalankan kebijakan yang mendukung Riau bebas asap 2023 dan mengajak mahasiswa, anak muda, dan masyarakat Riau untuk melakukan penolakan adanya kabut asap,” kata Veri Syardianta, Koordinator Aksi GeMAS. Sepanjang Januari hingga 15 Maret 2023 berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, luas karhutla sudah mencapai 16 ha, sementara hotspot tercatat sebanyak 52 titik, ini artinya fenomena El Nino sudah mulai terasa. El Nino terjadi empat tahun sekali, Pada 2015, sepanjang Januari - November karhutla terjadi di Riau, Rakyat Riau menghirup polusi kabut asap dari pembakaran hutan dan lahan gambut. Akibatnya, lima warga Riau meninggal akibat menghirup polusi asap; tiga anak kecil dan dua orang dewasa. Selain itu, polusi asap juga akibatkan lebih dari 97 ribu warga tertapar polusi asap, 81 ribu orang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), 1,3 ribu orang pneumonia, 3,7 ribu orang asma, 4,6 ribu orang iritasi mata dan 5,8 ribu orang iritasi kulit. Saat itu, pemerintah Provinsi Riau lamban merespon peringatan dari BMKG yang menyampaikan prediksi cuaca terkait kemarau panjang dan El Nino sejak Januari. Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman baru menetapkan status “Tanggap Darurat” pada 14 September 2015, setelah Rakyat Riau mendesak Presiden Jokowi dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui media sosial. Lalu, pada pada 2019, Karhutla dan kabut asap kembali terjadi di Riau. Dampaknya 3 warga Riau diduga meninggal akibat terpapar polusi asap, lebih 300 ribu masyarakat Riau terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan menyebabkan kerugian Negara lebih Rp. 50 triliun.
Kerugian ini berasal dari terganggunya aktivitas perdagangan, jasa, kuliner, perkebunan, dan kerugian waktu delay dari aktivitas penerbangan. Kebijakan penanggulangan karhutla sudah di tuangkan Gubernur Riau Syamsuar dalam Perda Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, namun belum semua di jalan kan. Hal ini diketahui setelah Jikalahari melakukan analisis dan di tuangkan dalam Policy Brief karhutla berjudul El Nino 2023 Seperti Karhutla 2015 dan 2019? yang membahas terkait jelang fenomena El Nino 2023, peristiwa El Nino 2015, 2019 dan tanpa El Nino, serta kebijakan yang diterbitkan Gubernur Syamsuar dalam menanggulangi karhutla1. Policy Brief Karhutla sudah di sampaikan kepada Mardianto Manan, Anggota Komisi I DPRD Riau, dan Gubernur Riau yang di terima oleh Johny Setiawan Mundung, Tenaga Ahli gubernur bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan beberapa waktu lalu.
Dalam aksi ini, GeMAS setidaknya terus mengingatkan 5 poin penting dalam Perda Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Penanggulangan Kebakaran Hutan yang harus segera dijalankan oleh Gubernur Syamsuar yaitu;
1. Penataan lahan gambut,
2. Audit kepatuhan korporasi,
3. Pengawasan dan Monitoring pemerintah daerah,
4. Tindakan oleh pemda atas pelanggaran berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan termasuk pencemaran lingkungan hidup dan penyelamatan
5. Evakuasi masyarakat oleh pemda dari dampak kebakaran hutan dan/atau lahan.
“Rabu ini hari ke-28 pasca ditetapkan status siaga darurat karhutla di Riau sejak Februari lalu dan aksi GeMAS hari ini merupakan aksi ke tiga, karhutla sudah terjadi di Riau, artinya El Nino sudah mulai. Kami akan terus mengawal dengan aksi-aksi bersama mahasiswa, dan masyarakat di sekitaran Kantor Gubernur setiap Rabu, hingga Gubernur Riau menjalankan kebijakan dan memastikan 2023 Riau bebas asap,” tutup Veri.
Narahubung: Veri Syardianta, Koordinator Aksi GeMAS