ANALISD.com - Sejumlah pemimpin perusahaan besar di Eropa menolak undang-undang tentang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang diusulkan Parlemen Uni Eropa. Pasalnya, aturan itu dinilai dapat merusak daya saing dan memacu eksodus investasi. 

Dalam surat terbuka yang dikirim ke anggota parlemen Uni Eropa pada Jumat (30/6) lalu, kelompok yang terdiri lebih dari 160 eksekutif itu mengungkapkan keprihatinan yang serius tentang hadirnya undang-undang AI yang pertama di dunia ini. 

Eksekutif perusahaan besar yang dimaksud antara lain direksi Siemens, Carrefour, Renault, dan Airbus. Terdapat pula nama-nama besar di bidang teknologi, seperti Kepala Ilmuwan AI Meta Yann LeCun, dan Pendiri sekaligus Pembuat Cip Inggris ARM Hermann Hauser.

“Dalam penilaian kami, rancangan undang-undang tersebut akan membahayakan daya saing dan kedaulatan teknologi Eropa, tanpa secara efektif mengatasi tantangan yang sedang dan akan kami hadapi,” demikian tertulis dalam surat terbuka dikutip CNN, Selasa (4/7). 

Para eksekutif berargumen bahwa draf aturan AI tersebut terlalu jauh, terutama dalam mengatur AI generatif dan model pondasi, serta teknologi di balik platform populer seperti ChatGPT.

Klik untuk melihat tabel: Industri yang telah digunakan kecerdasan buatan /AI di Dunia (2017)

Sejak kegemaran terhadap AI generatif dimulai tahun ini, para praktisi bidang teknologi telah memperingatkan potensi risiko teknologi tersebut, Risiko timbul seiring kemampuan AI yang memungkinkan orang menggunakan mesin untuk menulis esai perguruan tinggi, mengikuti tes akademik, dan membangun situs jejaring.

Bulan lalu, ratusan ahli teknologi memperingatkan adanya risiko kepunahan manusia akibat AI. Mereka mengatakan bahwa upaya mitigasi kemungkinan itu harus menjadi prioritas global, di samping risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir.
 

#Sorot

Index

Berita Lainnya

Index