ANALISD.com, PATI - Curah hujan tinggi menjadi ancaman bagi para petani garam di Kabupaten Pati.Meski sudah memasuki musim kemarau, banyak petani garam enggan membuka lahan mereka terlalu dini karena khawatir gagal panen.

Kondisi ini dirasakan oleh para petani garam di Desa Langgenharjo, Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Tampak deretan tambak masih tergenang air dan dimanfaatkan oleh para pemilik sebagai tempat budidaya ikan bandeng Minggu (21/5).

Para Pemilik tambak seperti Lasjan (50) mengaku sengaja belum mengeringkan air di tambak yang ia miliki. Dirinya mengaku masih takut dengan kondisi cuaca yang sering turun hujan walau sudah memasuki pertengahan tahun.

"Saya belum berani membuat tambak garam. Tapi kemungkinan bulan Juni atau bulan Agustus sudah bisa dialihfungsikan," katanya Lasjan.

Keputusan Lasjan memang bukan tanpa alasan. Tahun sebelumnya dirinya sempat gagal panen garam akibat cuaca tidak menentu terjadi di Kabupaten Pati. Lasjan mengenang hujan terjadi hampir sepanjang tahun. Akibatnya produksi garam gagal total.

"Produksi garam di tahun kemarin terhitung sedikit. Hanya bisa balik modal saja," katanya. Berbeda dengan Lasjan, pemilik tambak lain seperti Tono (45) justru nekat membuka lahan di musim yang tidak menentu ini.

Tono beralasan harga garam tinggi mendorong dirinya untuk menghasilkan garam lebih awal. Berdasarkan informasi yang diperoleh Tono saat ini garam di pasaran mencapai harga Rp 5200 per kilo garamnya. Nominal tersebut merupakan harga tertinggi garam sejauh ingatan Tono selama ini.

Tono menjabarkan naik-turun harga komoditas garam selama ini hanya dikisaran Rp 200 hingga Rp 3000 per kilogramnya. Akibat stok yang menipis, belakangan ini harga garam menyentuh Rp 4.200 hingga Rp 5.200 per kilo gramnya.

Seperti tahun lalu dirinya masih bisa menghasilkan 10 Ton dengan harga Rp 4.200 per kilogramnya. Baginya dari penjumlahan hasil panen dan harga garam sudah cukup untuk menutup modal produksi yang ia keluarkan semala satu tahun.

"Harganya bagus untuk petani garam. Tapi barangnya belum ada sama sekali. Semoga saja panas terus dan bisa panen tahun ini," kata Tono.

Berada di area setengah hektare, usia tambak garam garapan Tono kini baru berusia satu bulan lebih. Menurutnya masih butuh waktu dua bulan lagi untuk mendapatkan butiran garam yang diinginkan.

Walau masih dibayangi kekhawatiran pengalam tahun lalu, Tono menyakini tahun ini panen melimpah. Apalagi informasi yang diterima Tono melalui prediksi BMKG menerangkan musim kemarau akan berlangsung lama.

Banyaknya gagal panen di sejumlah lumbung penghasil garam, membuat target tahunan garam di Kabupaten Pati juga meleset.

Dari 160.000 ton angka yang dipatok, namun garam yang dihasilkan di tahun 2022 hanya 55.000 ton saja.

Funsional Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pati Ari Wibowo menerangkan sebetulnya target yang ditetapkan sudah merujuk bedasarkan perkirakan cuaca oleh BMKG.

Hanya saja tahun 2022 musim hujan berlangsung di luar hasil statistik yang telah diperkirakan.

"Kita selalu berkomunikasi dengan BMKG terlebih dahulu sebelum menentukan target panen. Langkah ini kami sudah lakukan dari tahun ke tahun," katanya.

Sedangkan DKP Pati menargetkan penen garam tahun ini ditargetkan sebesar 200.000 ton. Penetapan target ini berdasarkan prediksi BMKG yang menilai akan terjadi kemarau panjang dari bulan Mei hingga September.

#Lingkungan Hidup

Index

Berita Lainnya

Index