ANALISD.COM, JAKARTA - Fenomena dedolarisasi atau upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar belakangan makin ramai diterapkan banyak negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, dampaknya bukan hanya akan dirasakan Amerika Serikat saja, tapi seluruh dunia.  

Sri Mulyani menjelaskan, aksi buang dolar ini, antara lain dipicu oleh fragmentasi geopolitik global. Ketegangan geopolitik disebut menjadi tantangan paling berat yang dihadapi saat ini. 

"Fragmentasi geopolitik ini telah memicu fenomena dedolarisasi yang juga akan berdampak besar, baik bagi perekonomian AS sendiri maupun ekonomi global," kata dia dalam pidatonya di Rapat Paripurna DPR RI, Jumat (19/5). 

Menurut dia, fragmentasi geopolitik juga telah menyebabkan perubahan signifikan arah kebijakan ekonomi negara-negara besar yakni menjadi lebih inward looking. Kerja sama ekonomi dan kemitraan strategis semakin terkotak-kotak sesuai kedekatan aliansinya. Walhasil, dampaknya terhadap aktivitas perdagangan dan aliran investasi global melambat.  

Fenomena dedolarisasi kian gencar jika dikaitkan dengan persoalan geopolitik. Upaya mengurangi penggunaan dolar memang belakangan ramai diserukan negara nonblok barat. Rusia misalnya, mengatakan bahwa aliansi Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan berencana membuat mata uangnya sendiri.  

Wacana ini disampaikan Kremlin di tengah langkah negara-negara sekutu AS menjatuhkan sanksi ke Rusia berkaitan dengan perang di Ukraina. Sanksi tersebut turut mengganggu sistem keuangan negeri beruang merah. Namun, fenomena dedolarisasi tak melulu soal geopolitik. 

Indonesia sendiri belakangan makin gencar mendorong implementasi transaksi lintas negara menggunakan mata uang lokal alias LCT. Dengan demikian, penggunaan dolar dalam perdagangan Indonesia dan negara mitra bisa terus ditekan. Upaya ini tak lepas dari upaya bank sentral menjaga stabilitas sektor eksternal Indonesia, terutama nilai tukar di tengah volatilitas keuangan belakangan ini.

"Ini adalah bagian dari upaya kita untuk stabilisasi rupiah," kata mantan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam konferensi pers RDG Maret lalu. 

Namun sebagai informasi, Dody tidak lagi menjabat sebagai Deputi Gubernur BI per bulan lalu. BI juga menilai transaksi menggunakan mata uang lokal yang lebih luas untuk transaksi bilateral pada akhirnya akan berkontribusi dalam mempromosikan perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan. Dengan demikian, LCT ini akan membantu memperdalam pasar keuangan dalam mata uang lokal di kedua negara.
 

#Sorot

Index

Berita Lainnya

Index