ANALISD.com - Bumi bertambah gerah. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa 2023 merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah. Hingga Oktober lalu suhu global meningkat 1,4 derajat celsius di atas suhu dasar praindustri 1850 hingga 1900. Sembilan tahun terakhir yaitu 2015 hingga 2023 menjadi periode terpanas yang pernah tercatat.

“Ini lebih dari sekadar statistik. Kita berisiko kalah dalam perlombaan untuk menyelamatkan gletser dan mengendalikan kenaikan permukaan laut. Kita tidak bisa kembali ke iklim abad ke-20, namun kita harus bertindak sekarang untuk membatasi risiko iklim yang semakin tidak ramah pada abad ini dan abad-abad mendatang,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas, dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan, tingkat gas rumah kaca mencapai rekor tertinggi. Suhu global mencapai rekor tertinggi. Kenaikan permukaan laut mencapai rekor tertinggi. Es laut Antartika mencapai rekor terendah.

“Ini adalah hiruk pikuk rekor yang memekakkan telinga,” katanya.

Berdasarkan pengamatan satelit, WMO mencatat pada 2013 hingga 2022 laju kenaikan permukaan air laut naik lebih dari dua kali lipat dibanding pada 1993 hingga 2002.

Sementara luas maksimum es laut di Antartika pada 2023 menjadi yang terendah yang pernah tercatat, yaitu berkurang 1 juta kilometer persegi dibanding rekor sebelumnya. Pencairan gletser dan lapisan es membuat permukaan air laut naik, banjir, dan mengancam beberapa negara kepulauan.

 

Cuaca panas yang kita rasakan belakangan ini sangat berdampak pada kehidupan keseharian kita di Bumi. Foto: Pixabay/Fotorech/Public Domain

 

Tahun 2023 sebagai tahun terpanas juga dinyatakan lembaga lain. Misalnya, National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA), Amerika Serikat. Menurut NOAA, tahun ini menjadi tahun terpanas sejak lebih dari 150 tahun lalu.

Organisasi itu menyatakan 13 persen permukaan bumi pada Oktober lalu menjadi yang terpanas semenjak pencatatan suhu global dimulai pada 1951.

Secara global, luas es laut juga yang menjadi yang terendah yang pernah tercatat. Pada Oktober lalu luas es laut menciut sebesar 380 ribu mil persegi dibanding rekor terendahnya pada Oktober 2016.

Sementara itu National Aeronautics and Space Administration (NASA) juga menyatakan hal yang sama. Musim panas pada 2023 menjadi musim panas paling panas sejak 1880, menurut ilmuwan Goddard Institute of Space Studies, New York, lembaga di bawah NASA.

“Catatan suhu yang mencapai rekor pada musim panas 2023 bukan hanya sekadar angka, tapi membawa konsekuensi yang mengerikan di dunia nyata. Dari suhu yang sangat panas di Arizona dan di seluruh negara, hingga kebakaran hutan di seluruh Kanada, dan banjir ekstrem di Eropa dan Asia, cuaca ekstrem mengancam kehidupan dan penghidupan di seluruh dunia,” kata perwakilan NASA, Bill Nelson.

Baik NOAA maupun NASA menyebutkan pemanasan disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia yang diperparah oleh fenomena alam El Nino di Pasifik yang berdampak pada kenaikan suhu atmosfer global.

Josh Willis, ilmuwan iklim dari NASA memperkirakan dampak El Nino masih akan terasa pada Februari, Maret, dan April 2024. Dampaknya bagi negara-negara di Pasifik barat seperti di Indonesia dan Australia adalah kekeringan.

 

Persentil suhu daratan dan lautan Januari – Oktober 2023. Sumber : NOAA

 

Anomali cuaca menjadi fenomena global yang dilaporkan terjadi di banyak negara. NOAA menyatakan rekor suhu terpanas terjadi di Italia, Australia, Selandia Baru, Kuba, Karibia, Amerika Serikat, Pakistan, Hong Kong, dan Brasil. Sebaliknya di Norwegia, Estonia, dan Latvia mengalami suhu terdingin.

Pada periode Januari hingga November belahan bumi utara mengalami suhu terpanas yang pernah tercatat yaitu naik 1,5 derajat celsius di atas rata-rata. Sementara belahan bumi selatan naik sebesar 0,81 derajat celsius di atas rata-rata.

“Fakta bahwa kita menyaksikan rekor tahun terpanas berarti ini adalah rekor penderitaan manusia,” kata Friederike Otto, ilmuwan iklim dari Imperial College London, seperti dikutip Guardian.

Gelombang panas, kekeringan ekstrem, banjir, yang terjadi di berbagai negara telah menyebabkan banyak orang terpaksa kehilangan mata pencarian, mengungsi, bahkan menimbulkan jatuhnya korban ribuan jiwa. Seperti bencana banjir yang terjadi di Libya pada Agustus lalu, telah memakan korban 11.300 jiwa.

Data yang dikutip Reuters menyebutkan, suhu di sebuah kota di barat laut China mencapai rekor tertingginya yaitu 52,2 derajat celsius. Arizona di Amerika mengalami panas hingga 43 derajat celsius. Sementara di beberapa negara Spanyol, Yunani, dan Italia suhunya mencapai 45 derajat celsius.

Membandingkan fenomena cuaca panas di Indonesia yang tercatat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisiika (BMKG), suhu maksimum pada akhir September lalu misalnya di kota Semarang tercatat 38 derajat celsius.

 

Ilustrasi cuaca panas ekstrem. Sumber : siasat.com

 

Dilaporkan, aspal dan beton yang terkena sinar matahari langsung di Phoenix bisa mencapai suhu 82 derajat celsius. Kamera termal mencatat suhu jalanan mencapai 65 derajat celsius pada 26 Juli lalu. Dokter setempat banyak menerima pasien yang menderita luka bakar karena terjatuh pada bidang yang panas karena sengatan matahari.

Mengutip Guardian, pada 2023 gelombang panas menyebabkan 579 orang meninggal dunia di kota Phoenix. Sebuah kajian yang dilakukan sejak Mei hingga September tahu lalu menyebutkan di Eropa lebih dari 61.600 jiwa meninggal dunia karena gelombang panas.

WMO telah mengeluarkan pernyataan bahwa El Nino diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga April 2024 mendatang. Karena efek El Nino biasanya terjadi setahun setelah El Nino terbentuk, maka menurut para ahli kemungkinan suhu bumi akan lebih panas lagi pada 2024.

Berita Lainnya

Index