ANALISD.com, Pekanbaru - Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) menjadi ancaman besar bagi masyarakat Riau, antaranya rusaknya ekosistem hutan dan rusaknya perkebunan masyarakat petani serta penyakit ispa. Namun tahukah kamu apa bedanya kabut, asap, dan kabut asap.

Letnan Kolonel (Letkol) TNI Angkatan Udara (AU) Ferry Duwantoro, S. Si.T., perwira yang bertugas di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru mengatakan, Kota Bertuah sempat terhalang jarak pandang pada pagi hari akibat Karhutla yang kian melanda beberapa daerah.

Dijelaskan Letkol Ferry, pada hari Minggu lalu suhu udara di Riau berada di angka 23.0 – 33.0 °C dengan kelembapan udara 56 – 98 %. Sementara arah angin berhembus ke Tenggara – Selatan dengan kecepatan 10 – 30 km/jam. Hal tersebut menurutnya kemungkinan menjadi pemicu adanya kabut yang turun pada minggu pagi.

Lantas untuk menghindari kepanikan karena turunnya kabut atau asap, Letkol Lek Ferry Duwantoro menyampaikan beberapa penjelasan tentang Kabut dan Asap menurut Ilmu Meteorologi pada Rabu lalu, (11/10/2023).

Dikatakan Letkol Ferry, kabut dan asap adalah dua fenomena yang berbeda. Kabut terbentuk karena adanya proses kondensasi uap air di dekat permukaan tanah atau di dekat air yang dingin hingga ketinggian 500 meter. Kabut dapat terbentuk pada ketinggian yang rendah karena menyentuh permukaan bumi.

Sementara itu, asap terbentuk dari pembakaran. Asap mengandung partikel-partikel kecil seperti karbon, nitrogen, dan sulfur yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

“Untuk membedakan kabut dengan asap secara ilmu cuaca, kita dapat melihat perbedaan warna dan tekstur antara kabut dan asap. Kabut biasanya berwarna putih atau abu-abu dan memiliki tekstur yang lembut seperti awan," kata Letkol Ferry seperti dilansir Bukamata.co.

Sementara itu, paparnya, asap biasanya berwarna abu-abu atau hitam dan memiliki tekstur yang kasar. Selain itu, kabut biasanya terbentuk pada pagi hari atau malam hari ketika suhu udara rendah dan kelembapan tinggi, Sedangkan asap dapat terbentuk kapan saja ketika ada pembakaran.

Lebih jauh diterangkan Letkol Ferry, kabut dalam konteks meteorologi dikenal dengan istilah fog dan mist. Jika kabut menyebabkan jarak pandang kurang dari 1 km maka disebut fog dalam pelaporan cuaca penerbangan. Jika jarak pandang 1 km tetapi tidak lebih dari 5 km maka kabut disebut mist. Semua jenis fog muncul ketika suhu dan titik embun udara menjadi sama (atau hampir sama).

"Fog mudah dibedakan dengan haze berdasarkan kelembapan relatifnya yang lebih tinggi (mendekati 100%, memiliki kelembapan yang cukup besar secara fisiologis) dan warna abu-abu,"

"Sementara haze tidak mengandung droplets aktif yang lebih besar dari ukuran kritis menurut teori Köhler. Mist memiliki kelembapan relative lebih rendah daripada fog, dan tidak menghalangi jarak pandang pada tingkat yang sama," terangnya.

Dituturkan Ferry, istilah mist digunakan dalam laporan cuaca ketika terdapat kekaburan, dan kelembapan relatifnya adalah 95% atau lebih, namun umumnya lebih rendah dari 100%.

Kemudian kabut akan menghilang pada saat sinar matahari cukup intensif menembus kabut. Pada saat itu butiran-butiran kabut akan menguap oleh panas matahari dan lapisan kabut akan menghilang dari pandangan mata.

Pada kabut evaporasi, ketika proses evaporasi telah berhenti maka uap air yang akan bercampur dengan udara kering tidak ada lagi. Proses kondensasi tidak terbentuk dan butiran air yang menjadi kabut tidak terwujud lagi.

Sedangkan asap menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), adalah salah satu jenis polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan pembakaran biomassa. Asap adalah suspensi partikulat dan gas di udara yang dikeluarkan ketika suatu bahan mengalami pembakaran atau pirolisis, bersama dengan jumlah udara yang masuk atau tercampur ke dalam massa.

Ketika asap muncul dalam jumlah besar, kita akan dapat mencium baunya. Keberadaan asap sebagai partikulat dapat dipantau dengan instrumen PM2.5. Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer). 

Pengukuran konsentrasi PM2.5 menggunakan metode penyinaran sinar Beta (Beta Attenuation Monitoring) dengan satuan mikrogram per meter kubik (µm/m3). Pemantauan PM2.5 yang dilakukan oleh BMKG ini baru dimulai sejak tahun 2020, dapat diakses di website www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg

"Sedangkan kabut asap merupakan fenomena di mana udara yang berkabut bercampur dengan asap. Dalam meteorologi fenomena ini disebut sebagai SMOG yang merupakan singkatan dari smoke (asap) dan fog (kabut)," terang Perwira Menengah tersebut ketika disinggung tentang asap.

Pada perkembangannya SMOG tidak hanya merujuk pada udara kabur yang terbentuk dari asap dan kabut. SMOG juga menjelaskan fenomena udara kabur karena proses fotokimia saat senyawa organik dan nitrogen oksida bereaksi secara kimiawi dengan sinar matahari untuk menghasilkan ozon.

"Kabut asap berdampak buruk bagi kesehatan, karena kabut asap tersusun oleh partikel-partikel dan gas-gas yang sangat kecil. Maka partikel-partikel tersebut dapat menembus jauh ke dalam tubuh kita, khususnya ke paru-paru yang tentunya akan menganggu sistem pernafasan.

"Kabut asap juga akan dapat menyebabkan iritasi pada mata dan juga kerusakan pada tanaman yang ada akhirnya menurunkan produksi pertanian," ungkapnya.

Sementara itu Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Marsma TNI Mohammad Nurdin berpesan kepada masayarakat agar dapat memilih dan memilah setiap informasi yang didapat agar tidak terjadi kepanikan yang berlebih.

Riwayat kabut asap yang terjadi di Pulau Sumatera khususnya di Provinsi Riau pada tahun 2015 yang lalu membuat banyak pihak panik dan takut yang terjadi pada hari Minggu lalu adalah serangan kabut asap.

"Namun jika kita sudah tahu ilmunya apa itu kabut, asap, ataupun kombinasi keduanya kita tidak perlu panik. Waspada tentu yang utama tapi tidak perlu panik yang berlebih,” pesan Komandan Lanud Rsn.

Dalam upaya tersebut saat ini Satgas bagian Udara yang berada di Lanud Roesmin Nurjadin tengah menjalankan misi TMC yang merupakan periode ke enam di tahun ini.

Diharapkan dengan adanya TMC bisa membantu turunnya hujan di seputar wilayah Riau. Hujan pada dasarnya merupakan hal yang sangat bermanfaat. Di saat muncul asap karena karhutla, hujan akan lebih dihargai dari hal biasanya.

"Hujan tidak hanya menyuburkan tanaman dan mengisi kembali persediaan air, tetapi juga membersihkan udara. Saat hujan turun melalui atmosfer, ia menarik sepuluh hingga ratusan partikel tersuspensi di udara." Tutupnya.

#Hutan

Index

Berita Lainnya

Index