ANALISD.com, Palembang - Musim kemarau panjang dapat mengakibatkan Karhutla, masyarakat harus waspada Pasalnya, kita telah memasuki musim kemarau panjang yang diprediksikan hingga bulan Agustus.
Tahukah kamu, di wilayah Indonesia ada salah satu provinsi yang menjadi langganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Tentunya kamu pasti bertanya-tanya provinsi apakah itu? Saat musim kemarau panjang tiba, Provinsi Jambi sering mengalami Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
Pasalnya, di Provinsi Jambi saat musim kemarau tiba, sengatan matahari sangat panas yang dapat berkaitan dengan Karhutla. Warga Jambi pun merasakan panas tinggi pada beberapa hari terakhir. Pada awal tahun 2023, BMKG mengeluarkan peringatan bahwa tahun 2023 akan memasuki siklus 4 tahunan el nino yang memungkinkan akan terjadi musim kemarau lebih panjang.
Rasa panas berlebihan yang dirasakan warga ini disebabkan oleh paparan sinar UV mencapai kategori ekstrem. Hak itu berdasarkan informasi resmi menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat Indonesia agar menggunakan pelindung ketika beraktivitas di luar ruangan hal itu berguna untuk mengurangi dampak dari suhu panas pada tubuh. Selain tubuh, ada yang tidak kalah penting untuk dilindungi, yaitu lingkungan sekitar. Diketahui berdasarkan data Analisis Citra Sentinel 2 yang dilakukan unit GIS KKI Warsi, pada kemarau tahun 2019 Jambi mengalami kebakaran seluas 102.546 ha dan di 2015 seluas 85.658 ha.
Melihat data ini, siklus empat tahunan masih membayangi Jambi, terkhusus pada lahan gambut.
Adapaun Gambut Jambi seluas 694.349 ha, menjadi areal rawan kebakaran karena adanya kanalisasi gambut untuk menurunkan muka air gambut sehingga bisa ditanami dengan tanaman yang tidak adaptif terhadap kondisi gambu, seperti akasia dan sawit. Dari data perizinan tersebut, hutan tanaman yang berada di lahan gambut tercatat 61.085 ha. Dari luas ini, 16.013 ha diantaranya merupakan lahan gambut dengan kedalaman lebih dari 4 meter atau terkategori gambut sangat dalam. Sementara itu, kawasan perkebunan di lahan gambut seluas 320.132 hektar dan 43.808 ha berada di kawasan gambut sangat dalam atau lebih 4 meter.
"Berdasarkan pengalaman yang berlalu, yang mana telah menunjukkan pada setiap musim kemarau panjang kebakaran kemungkinan besar terjadi. Merujuk pada tahun 2015 dan 2019, gambut di Jambi, dilahap api,” kata Direktur KKI Warsi, Adi Junedi kepada awak media, beberapa waktu lalu. Jika kita melihat pada tahun 2015 dan 2019, kebakaran lahan gambut meresahkan Provinsi Jambi. Atas peristiwa itu, menyebabkan sebagian banyak orang sakit ISPA, sekolah ditutup, aktivitas di bandara lumpuh dan ekosistem hancur.
Hal ini terjadi karena kanalisasi lahan gambut untuk menurunkan muka air gambut atau pengeringan. Penurunan muka air gambut berakibat kehilangan fungsinya sebagai penyerap air. Pada musim kemarau air gambut akan hilang, sehingga kandungan organik yang ada di lahan itu menjadi sangat mudah terbakar.(*)